Cerita islami ini merupakan lanjutan dari kisah nabi yusuf - Part 3 yang mengulas tentang mukjizat nabi yusuf.
Kisah lanjutan ini adalah mengenai kasih nabi yusuf diangkat menjadi
menteri, tentnya dengan izin ALlah SWT, setelah menjadi menteri nabi
yusuf dipertemukan kembali dengan saudara-saudara dan ayahnya (nabi
ya’qub) setelah lama tidak berjumpa. Simak kisah lengkapnya di bawah
ini.
Raja yang memang dikenal mampu berbicara
lebih dari satu bahasa semakin kagum dengan wawasan luas yang dimiliki
oleh Nabi Yusuf as dan kedalaman ilmunya yang mengesankan. Kemudian
pembicaraan merambah pada masalah mimpi. Nabi Yusuf as menasehati raja
agar memulai rencana yang tepat untuk mengumpulkan makanan dan
penyimpanannya dalam rangka menghadapi tahun tahun kekurangan makanan.
Nabi Yusuf as memberikan pengertian kepada raja bahwa kelaparan akan
melanda Mesir dan juga kota kota di sekitarnya. Oleh karena itu, negeri
mesir harus bersiap mengadapi suasana yang sulit nantinya, demikian
negeri negeri di sekitarnya.
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Raja
mengunggkapkan bahwa sulit untuk mendapatkan kejujuran dari kelompok
yang bergaya hidup mewah yang ada di sekitarnya. Nabi Yusuf pun berkata
“Kalau begitu jadikanlah aku sebagai pengawas yang sangat teliti dari
berpengatahuan.” Tentunya Nabi Yusuf mengatakan hal itu bukan untuk
mendapat keuntungan pribadi. Namun ia ingin memikul amanat untuk
memberikan makan bagi masyarakat yang lapar selama tujuh tahun. Yaitu
masyarakat yang seandainya mereka lapar, maka penguasa dapat
mempermainkan mereka. Dalam hal ini sebarnya terdapat pengorbanan Nabi
Yusuf as.
Nabi Yusuf berjumpa lagi dengan saudaranya
Rakyat yang tinggal di negeri sekitar mesir juga meminta pertolongan
ke mesir, tidak terkecuali saudara-saudara Yusuf yang dulu pernah
membuangnya. Mereka berbaris dalam rombongan orang orang yang
membutuhkan. Ketika itu Nabi Yusuf berada di singgasana mesir sebagai
seorang penguasa yang memerintah. Nabi yusus as bergegas untuk menjamin
kelangsungan kehidupan manusia. Ia dikelilingi oleh para menterinya,
orang-orang penting dan para tentara. Nabi Yusuf bisa mengenali
saudara-saudaranya, namun mereka tidak mengenali Nabi Yusuf. Keadaan di
tempat tinggal mereka sungguh menyusahkan sehingga mereka datang dari
palestina untuk mencari bantuan makanan di negeri mesir.
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Kemudian terjadilan
percakapan antara Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya yang berjumlah 10
orang itu, namun mereka masih belum mengenali Nabi Yusuf. Mereka
berjumlah 10 orang namun mereka membawa 11 untah. Nabi Yusuf as bertanya
pada mereka melalui salah satu penerjemah agar beliau tidak berbicara
dengan bahasa mereka, Yusuf menggunakan bahasa ibrani.
“Undang-undang kita memutuskan untuk memberikan makanan pada setiap
orang sesuai dengan kemampuan unta untuk mengangkut makanan itu. Berapa
jumlah kalian ?” mereka menjawab : “Sebelas orang”. Nabi Yusuf berkata
kepada penerjemah : “Katakan pada mereka bahasa kalian berbeda dengan
bahasa kami dan pakaian kalian berbeda dengan pakaian kami. Barang kali
kalian adalah mata-mata”. Mereka menjawab “Demi Allah kami bukan
mata-mata tetapi kami adalah keturunan dari seorang ayah yang baik.”
Kemudian Yusuf bertanya : “Kalian mengatakan bahwa kalian sebelas.
Padahal jumlah kalian sepuluh”
Kemudian sodaranya itu menjawab : “sebenarnya kami adalah dua belas
saudara, seorang saudara kami meninggal di daratan dan kami
mempunyai saudara yang lain yang sangat dicintai (Bunyamin) oleh orang
tua kami dan ia tidak mampu untuk berpisah dengannya. Oleh karena itu
kami datang dengan membawa untanya sebagai ganti darinya”. Nabi Yusuf as
berkata : “Bagaimana aku bisa memastikan kejujuran kalian?” Kemudian
mereka menjawab : “Pilihlah, sesuatu yang engkau dapat menjadikan tenang
dengannya” Nabi Yusuf berkata :” Undang-undang kami menetapkan untuk
tidak memeberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Karena itu,
datangkanlah saudara kalian agar aku dapat memberinya makanan. Tidakkah
kalian mengetahui bahwa aku menegakkan timbangan dengan jujur?”
kisah nabi yusuf menjadi menteri
– Demikian dialog terus berlangsung antara saudara-saudara Yusuf dan
Yusuf. Kemudian Nabi Yusuf memberitahu kepada mereka bahwa kali ini
mereka mendapatkan pengecualian atau keringanan dan keistimewaan.
Tetapi, jika pada waktu yang akan datang mereka datang tanpa membawa
saudara, mereka maka Nabi Yusuf tidak akan memberi mamkanan pada mereka.
Mereka berkata kepadanya, bahwa kami akan berusaha memuaskan ayah kami
atau meyakinkan ayah kami untuk mempercayakan saudara kami itu bersama
kami.
Saudara-saudara Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka. Sebelum
mereka menurunkan muata yang dibawa oleh untah mereka masuk menemui
ayah mereka : “Sungguh kami tidak mendapatkan gandum. Ini terjadi karena
engkau melindungi dan mempertahankan anakmu”. Mereka mengatakan “Kami
tidak akan memberikan makanan bagi yang tidak hari. Mengapa engkau tidak
merasa aman ketika kami membawahnya? Biarkanlah ia pergi bersama kami
dan sesunguhnya kami akan menjaganya”. Jelas sekali bahaw dialog
tersebut bertujuan untuk memojokkan si ayah dan membebankan tanggung
jawab kepadanya dalam hal ketidakmampuan mereka memperoleh makanan.
Namun si ayah menjawab dengan sopan santun para Nabi. Ia berkata bahwa
ia merasa aman terhadap mereka tas anaknya yang kecil sebagaimana
kekahwatiran terhadap Nabi Yusuf as sebelumnya. Dan ia tidak perduli
atau tidak begitu yakin dengan ucapannya.
Anak-anak itu membuka wadah-wadah yang mereka bawa untuk mengeluarkan
biji-bijian makanan yang ada di dalamnya. Tiba tiba mereka mendapatkan
barang-barang mereka telah dikembalikan bersama makanan. Pengembalian
harga menunjukkan ketidakinginan untuk menjual atau itu semacam
peringatan dan barangkali itu merupakan hal yang mengganggu mereka agar
mereka kembali membenarkan harga pada kali yang kedua. Melihat hal
tersebut, anak anak itu segera menuju ke ayah mereka sambil mengatakan :
“wahai ayah kami, kami tidak berbuat aniaya dan kami tidak berbohong
kepadamu. Sungguh harga yang telah kami beli dikembalikan kepada kami.
Ini berarti bahwa mereka tidak akan menjual kepada kami kecuali jika
saudara kami pergi bersama kami”
Percakapan antara anak anak dan ayah mereka terus berlanjut. Mereka
memberikan pengertian kepada ayhnya bahwa kecintaanya kepada seorang
anaknya dan hubungan dekatnya justru mengorbankan kepentingan mereka dan
menjatuhkan perekonomia mereka. Mereka ingin untuk menambah perbekalan
mereka dan mereka berjanji akan menjaga saudara mereka dengan penjagaan
yang sangat ketat. Akhirnya sang ayah menyetujui permintaan mereka
dengan syarat mereka berjanji untuk membawa anaknya pula kecuali jika
mereka dikepung musuh dan mereka tidak mampu menyelamatkannya. Si ayah
menasehati mereka untuk tidak masuk karena mereka berjumlah sebelah
orang dari satu pintu dari pintu pintu mesir sehingga tak seorang pun
yang menaruh kecurigaan. Sepertinya sang ayah mengkhawatirkan akan
terjadi pencurian atau kedengkian
Setelah mereka datang segera menghadap raja, dan baru saja mereka
menghadap Nabi Yusuf as melihat saudaranya (Bunyamin) turut serta,
sehingga ia merasa gembira. Mereka disuruh duduk bersama raja untuk
djamu dengan baik. Dengan perlakuan raja yang baik hati ini, bunyamin
menangis terharu dan ingat akan saudaranya yaiti Yusuf. Dengan tangis
yang tersedu-sedu bunyamin berkat “Kalau Yusuf masih ada, tentu dialah
yang duduk disampingku ini”
Setelah mereka cukup lama bertemu dengan raja, mereka pulang dengan
membawa perbekalanan yang cukup dan lebih cukup dibandingkan sebelumnya.
Ketika memberikan perbekalan dan bahan makanan itu, Nabi Yusuf as
memerintahkan kepada bawahannya untuk memasukkan timbangan miliki negara
ke dalam barang yang dibawa oleh bunyamin secara diam-diam.
Belum lama mereka berangkat keluar dari kota mesir, tiba tiba mereka
ditahan untuk diperiksa barang-barang yang dibawanya. Dalam pemeriksaan
ini ternyata terdapat alat timbangan negara yang sedang dicari-cari.
Karena inilah mereka ditahan tidak boleh pulang ke negeri Kan’a untuk
diusut perkaranya
Mengalami peristiwa ini tentunya mereka gelisah dan susah sekali,
mereka berkata kepada Nabi yusf as : “Ya tuanku, ayah kami sudah sangat
tua, sudah melewati 80 tahun dan kami tidak dapat berpisah karena kami
selalu menjaga akan keselamatan beliau. Kami ini bukan pencuri,
izinkanlah kmembawa ayah kami sebagai saksi akan kebenaran kami, karena
kami dari keturunan orang yang baik baik. Atau izinkanlah kami pulang
dulu dan ambilah seorang diantara saudara kami untuk menggantikannya dan
kami percaya bahwa tuanku adalah orang yang baik hati”
Nabi Yusuf as berkata : “Saya berlindung kepada Allah dan tidaklah
saya akan menghukum orang yang tidak bersalah, jika demikian, tentulah
kami orang yang aniaya”
Saat mereka telah putus asa, mereka kemudian saling berbisik bisik
dan berkatalah orang yang tertua dari mereka yaitu Yahuza : “Sekali kali
saya tidak akan pulang kembali sebelum mendapat izin dari ayah.
Kembalilah kamu semua. Dan ceritakanlah kepada ayah tentang peristiwa
ini”
Setelah mereka sampai di rumah mereka menceritakan apa yang terjadi
pada ayah mereka. Lalu Ayah mereka, yaitu Nabi Ya’qub as berpaling dari
mereka, seraya berkata dalam hati “Alangkah dukacitaku mengenang Yusuf,
telah rabun mataku karena dukacita itu.” Rasa mara Nabi ya’qub terhadap
anak-anaknya ditahan dalam hati.
Melihat hal itu, kemudian mereka berkata pada sang ayah “Ayah
janganlah selalu ingat pada Yusuf saja, nanti ayah mendapat sakit dan
meninggal dunia”
Nabi ya’qub as kemudian berkata “Aku ini hanya mengadukan duka citaku
kepada Allah, dan saya mengetahui dari Allah tentang apa yang tidak
kamu ketahui”
Mereka lalu meminta izin untuk berangkt kembali ke mesir menghadap
raja untuk memohon kepada raja agar saudara mereka yang ditahan dapat
dibebaskan.
Ketika mereka menghadap raja, saat itu Nabi Yusuf berpendapat bahwa
sudah tiba saatnya untuk membuka rahasianya untuk mengakui kepada
saudara-saudaranya bahwa dia adalah Yusuf, agar mereka mengakui atas
kebenaran dan kesalahan yang telah mereka perbuat.
Nabi Yusuf as menceritakan apa yang pernah mereka laukan sewaktu
kecil, semua kejadian diceritakan oleh Nabi Yusuf as. Mendengar apa yang
deceritakan oleh Yusuf tersebut membuat mereka tercengang. Dari
siapakah pembesar ini mengetahui peristiwa itu, karena tidak ada seorang
pun yang tau apa yang telah mereka lakukan pada masa lampau
Kemudian mereka memperhatikan gerak gerik raja itu, kemudian
memperhatikan bentuk tubuh dan keadaannya, dibandingkan dengan tubuh
Nabi Yusuf as semaca kecil, akhirnya mereka yakin bahwa ciri ciri yang
terdapat pada pembesar ini memang mirip dengan Nabi Yusuf as. Mereka
bertanya “Apakah kiranya tuan ini Yusuf?” dengan segeran Nabi Yusuf as
menjawab “Benar saya ini Yusuf, dan ini bunyamin saudaraku sendiri,
Allah telah mempertemukan kami, karena Allah tidak akan menyianyiakan
pahala orang yang berbakti”
Mereka berkata “Demi Allah, sesungguhnya dia telah melebihkan engkau dari kami, dans sesungguhnya kami orang-orang yang berdosa”
Nabi Yusuf kemudian berkata pada mereka “Aku tidak akan bertindak apa
apa kepada kalian, Tuhan telah mengampuni segala dosamu, Allah Maha
Pengampun lagi maha pengasih”
Mereka diizinkan kembali ke kan’an untuk menemui ayahnya, dan setelah
mereka tiba di rumah, mereka menyampaikan sehelai baju Nabi Yusuf as.
Kerema mereka menyampaikan baju itu kepada ayahnya, seketika mata Nabi
Ya’qub terbuka serta dapat melihat dengan terang. Pada ketika itu beliau
telah rabun dan tidak dapat melihat. Segala peristiwa mereka ceritakan
kepada ayahnya, dimana mereka telah menemui raja yang budiman, serta
diterangkan pula agar mereka sekalian berangkat kembali ke mesir untuk
berjumpa dan dapat hidup bersama sama dengan Nabi Yusuf.
Mendengarkan cerita tentang Nabi Yusuf itu, sang ayah sangat gembira
sekali dan ujarnya “apa yang telah terjadi, mari kita lupakan, dan kami
mohn ampunan kepada Allah, semoga Allah mengampuni segala dosa dosamu,
begitu pula dosaku sendiri, karena Allah pemberi ampn dan maha pengasih.
Mari kita bersama sama berangkat ke mesir.”
Ketika Nabi Yusuf as melihat ayahnya datang dan sedang dikelilingi
saudara-saudaranya yang berjumlah sebelas orang, mereka semua sujud di
harapan Nabis Yusuf as, lalu Nabi Yusuf berdiri dengan hormatnya.
Seketika itu Nabi Yusuf as juga mengadahkan kedua tangannya ke
langit, ia bersyukur atas nikmat dan karunia Allah, sebagaimana
dterangkan dalam Al Qu’ran :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya engkau telah menganugrahkan kepadaku
sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’biar mimpi.
(Ya Tuhan) pencipta langit dan bumi. Engkaulah perlindungku di dunia
dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan islam dan gabungkanlah aku
dengan orang-orang saleh (Qs. 12 : 101)
Itulah kisah cerita Nabi Yusuf as yang dimulai dengan penderitaan
yang bertubi tubi yang ia terima dengan tabah dan penuh kesabaran. Namun
segala penderitaannya lenyap dan Allah mengangkat Nabi Yusuf as menjadi
pembesar di Mesir dan akhirnya beliau menjadi raja. Nabi Yusuf as
meninggal dunia pada usia 110 Tahun. Semoga kita dapat mengambil banyak
hikmah dari cerita Nabi Yusuf di atas. Aamiin.
Baca Juga :
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar